Mengawali khutbah Jum’at ini, marilah senantiasa
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan inayah-Nya
pada hari ini kita dapat menunaikan shalat Jum’at di Masjid ini, sekaligus
menjadi pengingat bagi keimanan dan ketakwaan kita. Sehingga kita selalu
menjaga dan meningkatkan mutu keimanan dan kualitas ketakwaan kita kepada Allah
dengan sebenar-benarnya, yaitu ketakwaan yang dibangun karena mengharap
keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala, ketakwaan yang dilandasi karena ilmu yang
bersumber dari al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah, dan ketakwaan yang dibuktikan
dengan amal perbuatan dengan cara menjalankan setiap perintah Allah dan
berusaha semaksimal mungkin menjauhi dan meninggalkan setiap bentuk larangan
Allah Subhanahu Wata’ala.
Muslimin Rahimakumullah
Ketika Rasulullah SAW. memasuki sebuah masjid, beliau
dapati ada seorang lelaki sedang duduk sambil termenung. Wajahnya nampak muram
sebagai ekspresi betapa dia dalam keadaan bersedih dan duka cita yang amat
dalam. Saat itu udara memang cukup panas kendati hari masih pagi. Seyogyanya
memang, jam-jam sepagi itu mestinya tidak akan ada orang berada di masjid,
terlebih-lebih jika hanya sekedar duduk-duduk tanpa melakukan ibadah, seperti
dzikir, baca Qur’an atau shalat sunnah. Apatah lagi dia seorang lelaki yang
semestinya pada jam-jam tersebut dia sedang sibuk bekerja mencari nafkah.
Begitu melihat lelaki tersebut, Rasulullah kemudian
menghampirinya seraya bertanya kepadanya : “Hai Abu Usamah, mengapa engkau
duduk termenung seperti itu?. Mengapa engkau masih berada disini?. Saat ini kan
bukan waktu shalat?” Abu Usamah menjawab : “Kesusahan sedang menimpa
diriku hai Rasulullah, sehingga aku berbuat begini”.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah SWT
Memang, sepanjang hidupnya manusia itu selalu
berhadapan dengan berbagai kesulitan dan kesusahan. Sejak lahir hingga akhir
hayatnya, kesulitan dan kesusahan itu selalu ada dan menimpa manusia silih
berganti, karena memang susah payah merupakan kodrat manusia yang sudah
ditakdirkan oleh Allah SWT. sebagaimana firman-Nya QS.Al-Balad
ayat 4 :
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ
فِي كَبَدٍ ٤
4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia berada dalam susah payah
Kemudian dalam ayat lain Allah menyatakan QS.Al-Maárij
ayat 19 dan 20:
۞إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ خُلِقَ
هَلُوعًا ١٩
19. Sesungguhnya manusia diciptakan
bersifat keluh kesah lagi kikir
إِذَا
مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعٗا ٢٠
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia
berkeluh kesah
Muslimin Rahimakumullah.
Selama kita masih bisa bernafas, kesulitan dan
kesusahan hidup selalu ada. Hanya saja mungkin kadarnya yang bervariasi.
Kadang-kadang kesulitan dan kesusahan itu kadarnya masih rendah, terkadang pula
kadar kesulitan dan kesusahannya cukup tinggi bahkan mungkin terlampau tinggi.
Disamping itu, kesulitan dan kesusahan tersebut datangnya sering tiba-tiba dan
tidak menentu serta sulit dideteksi. Kadang-kadang sering kita alami,
terkadang pula hanya sesekali kesulitan dan kesusahan itu menimpa kita. Jika
kesulitan dan kesusahan itu hanya sesekali menimpa kita, tidak terus menerus,
barangkali masih bisa kita tolelir, namun apabila kesulitan dan kesusahan itu
datang secara bertubi-tubi dan terus menerus, seakan tak ada kesudahannya, tak
ada jalan keluarnya, tentu keadaan seperti ini membuat orang yang ditimpanya
menjadi kalut, resah dan gelisah. Dadanya terasa sesak, pikirannya menjadi
kosong, jiwanya menjadi hampa.
Persoalan hidupnya selalu datang tindih menindih. Semua jalan keluar terasa buntu. Kalau sudah demikian, maka tidak mustahil seseorang akan menjadi nekad untuk berbuat hal-hal yang tidak diinginkan, seperti sekurang-kurangnya jiwa dan pikirannya menjadi tertekan sehingga timbullah penyakit modern yang kita kenal dengan stress.
Maásyiral Muslimin Sidang Jumát Rahimakumullah
Seseorang yang mengalami tekanan jiwa dapat dilihat
ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Orang yang mengalami tekanan jiwa
biasanya sukar untuk berpikir normal dan rasional;
2.
Ia cepat berprasangka buruk dan
berpandangan negatif serta sukar sekali untuk diluruskan;
3.
Orang yang mengalami tekanan jiwa
biasanya mudah sekali tersinggung. Ia sangat perasa (emosional) dan sering
marah-marah yang tak beralasan secara logis;
4.
Setiap ada masalah, ia nampak
gegabah, salah tingkah, tegang dan tidak bisa santai;
5.
Bagi perokok, biasanya ia suka
merokok secara berlebihan;
6.
6. Dalam kesehariannya,
ia lebih suka menyediri;
7.
Makan dan minumnya sering tidak
teratur;
8.
Daya konsentrasinya menurun. Mudah lupa, malas
dan lamban dalam berpikir;
9.
Ada kecenderungan ingin berontak, namun
enggan untuk berbuat.
Demikianlah sembilan ciri orang yang mengalami tekanan jiwa menurut beberapa para ahli
ilmu jiwa.
Muslimin Rahimakumullah.
Selanjutnya, apa yang harus kita lakukan agar
terhindar dan terbebas dari bahaya stress? Tak ada resep yang paling mujarab
untuk mencegah dan mengobati stress, kecuali dengan iman dan taqwa kepada Allah
SWT. dan mensyukuri segala ni’mat Allah secara apa adanya (qanaáh).
Sebagai wujud nyata dari iman dan taqwa yang
terpenting adalah dengan mendirikan shalat dan menyempurnakannya. Memperkuat
kesabaran dan meningkatkan ibadah-ibadah lainnya. Firman Allah dalam Al-Qurán QS.
Al-Baqarah ayat 153:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ
مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٣
153. Hai orang-orang yang beriman,
jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar
Maásyiral Muslimin Rahimakumullah.
Shalat merupakan media komunikasi yang paling efektif
antara manusia dengan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik diwaktu
senang maupun diwaktu susah.
Seseorang yang secara tertib dan disiplin menjalankan
shalat, pasti akan ia temukan ketenteraman jiwa, karena di dalam ibadah shalat
tertanam kebulatan tekad bahwa hanya Allahlah penguasa tunggal yang tak ada
bandingnya. Bahwa hanya Allahlah satu-satunya penolong manusia dan
tempat berserah diri manakala ditimpa kemalangan dan penderitaan.
Di dalam ibadah shalat tertanam kesadaran yang kuat dimana seorang hamba yang sedang bersujud di hadapan Allah SWT. menyadari sepenuhnya akan kelemahan diri, ketidak-berdayaan di hadapan Allah yang Maha Perkasa. Dengan kalimat “Allahu Akbar” Allah Maha besar, kalimat ini dapat menekan si hamba yang tengah bersujud ke posisi yang sekecil-kecilnya dan menempatkan al-khaliq keposisi yang setinggi-tingginya. Ke-Maha besaran Allah SWT. bukan untuk menakut-nakuti manusia, bukan untuk menindas manusia, tetapi untuk melindungi, mengayomi dan mengasihi manusia dengan sifat rahman dan rahim-Nya. Oleh karenanya, kita tak perlu takut, tak usah gentar dan jangan bersusah hati, tak perlu dirisaukan segala kesusahan yang sedang menimpa diri kita.
Serahkanlah semuanya bulat-bulat kepada Allah dan
mohonlah pertolongan-Nya sambil kita berusaha, berikhtiar semampu-mampunya
untuk mengatasi segala kesusahan yang kita derita. Marilah kita berdayakan
shalat kita yang tidak hanya sekedar kewajiban rutinitas, tetapi energi shalat
dapat kita manfaatkan sebagai penolong kita dan kehidupan
kita, tidak saja di dunia kini, tetapi juga di akhirat nanti. Rasulullah SAW
menyatakan, “Dan aku jadikan shalat itu untuk menyejukkan hatiku”.
Melalui shalat kita dapat memohon pertolongan kepada
Allah dari ujian zaman, tekanan-tekanan orang lain dan kekejaman para durjana.
Rasulullah SAW. ketika menghadapi persoalan genting, beliau selalu berlindung
melalui shalat. Ruku’ dan sujud dalam shalat dapat membawa kita serasa lebih
dekat kepada Allah, sehingga rasa percaya diri, penuh keyakinan, rasa damai dan
tenteram semakin dapat kita rasakan.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Disamping shalat, sarana lain yang dapat kita jadikan
penolong kehidupan kita agar terhindar dari tekanan jiwa adalah “sabar”. Allah
SWT. menjadikan kehidupan di dunia ini di atas kodrat yang cenderung
berubah-ubah dan silih berganti. Ada sedih ada senang, ada cinta ada benci, ada
pertemuan ada
perpisahan, ada sehat ada sakit dan sebagainya. Mungkin ada sebagian manusia
yang ditakdirkan Allah menderita berbagai macam cobaan. Maka tidak ada jalan
lain yang ditempuh kecuali bersabar dan pasrah menerima takdir Allah. Inilah
cara yang tepat untuk lulus dari ujian dan cobaan Allah.
Melalui, shalat, sabar dan mengerjakan ibadah-ibadah
lainnya. InsyaAllah kita akan menemukan ketenangan, ketenteraman dan kedamaian,
sehingga segala persoalan hidup yang cenderung membuat orang stress dapat kita
atasi dengan baik. Rasulullah SAW. melalui hadits qudsi pernah bersabda :
“Hai Bani Adam, sempatkanlah dirimu untuk beribadah kepada-Ku, maka akan Aku
penuhi dadamu dengan ketenteraman jiwa”.
Ahirnya, marilah kita tingkatkan amal ibadah kita,
terutama ibadah shalat. Semoga dengan shalat yang rajin dan disiplin, dapat
mempertebal mentalitas kita, sehingga akan menjadi seorang yang tahan uji dan
militansi. Disamping itu jangan lupa pula untuk selalu melatih kesabaran,
semoga dengan dua kekuatan tersebut dapat mengatasi semua persoalan hidup yang
kita alami dan insya Allah kita akan terhindar dari penyakit stress.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar