Rabu, 18 Mei 2016

STRATEGI BELAJAR PETA KONSEP (CONCEPT MAPPING)



I.     PENDAHULUAN
 Pada zaman modern sekarang ini, masalah pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Abad mendatang merupakan suatu tantangan bagi generasi yang akan datang. Terutama bagi bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional dan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembang potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]
Memasuki abad ke-21, sistim pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat komplek dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing diera global saat ini. Upaya yang tepat untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogyanya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan. Sementara itu Komisi tentang Pendidikan Abad ke-21, merekomodasikan empat strategi dalam mensukseskan pendidikan :
1.    Pertama learning to learn, memuat bagaimana pelajar mampu mengali imformasi yang ada sekitarnya dari ledakan imformasi itu sendiri.
2.    Learning to be, yaitu pelajar diharapkan mampu untuk mengenali dirinya sendiri, serta mampu beradaptsi dengan lingkunganya.
3.    Learning to do, yaitu berupa tindakan atau aksi, untuk memunculkan ide yang berkaitan dengan sainstek.
4.    Learning to be together, yaitu memuat bagaimana kita hidup dalam masyarakat yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga mampu bersaing secara sehat dan bekerja sama serta mampu untuk menghargai oranglain.[2]
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik, hal ini dapat dilihat dari hasil pesrta didik yang senantiasa masih sangat memperihatinkan, ini tidak lain disebabkan oleh dominannya proses pembelajaran kovensional, dimana suasana kelas masih cendrung techer-centered sehingga siswa mwnjadi fasif. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memhami bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri (self motivation) padahal aspek-aspek semacam ini merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran.
Keberadaan guru dan siswa merupakan dua faktor yang sangat penting di mana diantara keduanya saling berkaitan. Kegiatan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru tetap mempunyai suatu peran yang penting dalam memberikan suatu ilmu kepada anak didiknya. Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam menyelenggarakan pelajaran adalah bagaimana menimbulkan aktifitas dan keaktifan dalam diri siswa untuk dapat belajar secara efektif. Sebab, keberhasilan dalam suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya aktifitas belajar siswa. Salah satu cara untuk menimbulkan aktifitas belajar siswa adalah dengan merubah kegiatan-kegiatan belajar yang monoton.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab 1 pasal 1 ayat 6, Standar Proses Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.[3]
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi dan sampai sejauh mana menggubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung.[4]
Dari uraian tersebut diatas maka salah satu factor untuk mencapai tujuan pendidikan adalah salah satunya dengan strategi pembelajaran dan starategi belajar yang bervariatif dan menyenangkan sesuai dengan situasi dan kondisi kelas serta materi apa yang sedang diajarkan, sehingga terhindar dari pembelajaran yang hanya berpusat pada guru. Diharapkan dengan belajar strategi belajar anak akan lebih aktif, kreatif dan inovatif dan guru sebagai pendamping dan sebagai motivator.

II. PEMBAHASAN
A.  Pengertian Strategi Belajar
1.      Pengertian  Strategi Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian strategi adalah “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai kegitan khusus”.[5]
Sedangkan belajar adalah “berusaha memproleh kepandaian atau ilmu”, “berubah tingkah laku atau tanggaban  yang disebabkan oleh penggalaman”.[6]
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar  untuk mencapai tujuan yang digariskan.[7]
Dalam pikiran kebanyakan praktisi pendidikan, makna dan hakekat belajar sering kali hanya sebagai penerima. Di dalam sejarah dunia pendidikan guru merupakan sosok figur teladan bagi siswa/i yang harus memiliki strategi dan teknik-teknik dalam mengajar. Kegiatan belajar mengajar sebagai sistem intruksional merupakan interaksi antara siswa dengan komponen-komponen lainnya, dan guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran agar lebih aktif dan efektif secara optimal. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya di sebut metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau insturktur kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Di dalam kenyatan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau message lisan kepada siswa, berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Maka, yang disebut dengan strategi belajar mengajar ialah memikirkan dan mengupayakan konsistansi aspek-aspek komponen pembentuk kegiatan sistem intruksional dengan siasat tertentu. Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru – anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru  mulai memasuki suatu kegiatan yg bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dgn memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran.
Sehingga bahan pelajaran yg disampaikan guru dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan tuntas.
2.      Macam-macam strategi belajar (Learning Strategis)
Berdasarkan teori kognitif dan pemerosesan imformasi, maka terdapat beberapa strategi belajar yang dapat digunakan dan diajarkan, yaitu :
 a)      Strategi mengulang (rehearsel strategis)
·      Mengarisbawahi
·      Membuat catatan-catatan pinggir
b)      Strategi-strategi elaborasi (elaboration strategis)
·       Pembuatan catatan
·      Analogi
·      PQ4R
c)      Strategi organisasi (organization strategis)
·      Outlining
·      Pemetaan konsep
·      Mnemonics
·      Chunkin (potongan)
·      Akronim (singkatan)
d)     Strategi Metakognitif (metacognitive strategis).[8]
B.   Strategi Belajar Peta Konsep (Consept Mapping)
1.      Pengertian Belajar Peta Konsep
Peta konsep adalah tehnik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.
Pendekatan keseluruhan otak yang menbuat kita mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya.
Tehnik pencatatan ini dikembangkan pada tahun 1970-an oleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, symbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Peta konsep menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional karena ia mengaktifkan kedua belahan otak (karena itu disebut dengan istilah “pendekatan keseluruhan otak”). Cara ini juga menenangkan, menyenangkan dan kreatif. Pikiran tidak akan menjadi mandeg karena mengulangi catatan, jika catatan-catatan tersebut dibuat dalam bentuk peta konsep.[9]
Adapun yang dimaksud peta konsep adalah ilustrasi grafis konkrit yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal yang dihubungkan kekonsep-konsep lain pada kategori yang sama (Martin, 1994).[10]
Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas maka Dahar (1989) yang dikutip oleh Erman (2003), mengemukakan ciri-ciri peta konsep adalah sebagai berikut :
a.       Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisiproposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan mengunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
b.      Suatu peta konsep merupakan gambar dua demensi dari suatu bidang studi  atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan proposional antara konsep-konsep.
c.       Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep lain.
d.      Bila dua atau lebih konsep digambarkan dibawah suatu konsep  yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut diatas, maka sebaiknya peta konsep disusun secara hierarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakan pada puncak peta makin kebawah konsep-konsep diurutkan menjadi kurang inklusif.
Peta konsep dapat dikembangkan secara indidual atau dalam atau dalam kelompok kecil. Siswa mengatur sejumlah konsep atau kunci-kunci pada suatu halaman kertas, kemudian menghubungkannya dengan garis-garis dan sepanjang garis itu ditulis suatu kata atau ungkapan yang menjelaskan antar kata-kata atau konsep-konsep.[11]
1.      Cara Membuat Peta konsep
Untuk membuat peta konsep, gunakan pulpen berwarna dan mulailah dari bagian tengah kertas. Gunakan kertas secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat. Lalu ikuti langkah-langkah berikut:
  1. tulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi atau bentuk lain. Misalnya, peta konsep dilingkupi oleh gamba bohlam
  2. tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dai jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.
  3. tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan. Jika menggunakan singkatan, pastikan bahwa mengenal singkatan-singkatan tersebut, sehingga dengan mudah segera mengingat artinya selama berhari-hari atau berminggu-minggu setelahnya.
  4. tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik
  5. tulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi atau bentuk lain. Misalnya, peta konsep dilingkupi oleh gamba bohlam
  6. tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dai jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.
  7. tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan. Jika menggunakan singkatan, pastikan bahwa mengenal singkatan-singkatan tersebut, sehingga dengan mudah segera mengingat artinya selama berhari-hari atau berminggu-minggu setelahnya.
  8. tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik
  9. tulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi atau bentuk lain. Misalnya, peta konsep dilingkupi oleh gamba bohlam
  10. tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dai jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.
  11. tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan. Jika menggunakan singkatan, pastikan bahwa mengenal singkatan-singkatan tersebut, sehingga dengan mudah segera mengingat artinya selama berhari-hari atau berminggu-minggu setelahnya.
  12. tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.[12]
Arend (1997:258) yang dikutip dalam buku Trianto M.Pd, memberikan langkah-langkah dalam membuat peta konsep adalah sebagai berikut :
1.      mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Contoh, ekosistim.
2.      Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep skunder yang menunjang ide utama. Contoh, individu, populasi, dan komunitas.
3.      Tempatkan ide-ide utama ditengah atau dipuncak peta tersebut.
4.      Kelompokan ide-ide sekunder disekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.[13]
Sedangkan menurut Mel Silberman dalam bukunya Aktive Learning 101 Strategi pembelajaran aktif ada beberapa prosedur dalam membuat peta konsep adalah sebagai berikut :
1.      Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran,yang mencakup :
a.       Problem atau isu tentang ide-ide yang anda inginkan untuk menciptakan ide-ide aksi.
b.      Konsep atau kecakapan yang baru anda ajarkan
c.       Penelitian yang harus direncanakan oleh siswa.
2.      Kontruksikan bagi kelas peta pikiran yang sederhana yang mengunakan warna khayalan atau simbol
3.      Berikanlah kertas pena dan sumber-sumber yang lain yang anda pikirkan akan membantu peserta didik membuat peta pikiran yang indah, berilah peserta didik tugas memtakan pikiran
4.      Berikan waktu yang banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka.
5.      Perintahkan kepada peserta didik untuk membagi peta pikirannya, lakukan nilai cara kreatif untuk mengambarkan ide-ide.[14]
2.      Macam-macam Peta Konsep
Menurut Nur (2000) dalam Erman (2003: 24) peta konsep ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).[15]

1. Pohon Jaringan. (Network Tree)
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok untuk memvisualisasikan hal-hal berikut : (a) menunjukan sebab akibat, (b) suatu hierarki, (c) prosedur yang bercabang, dan (d) istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan. Contoh :
Keterangan gambar :
1.         Karang: hewan laut berkapur yang membentuk karang.
2.         Radiolaria: sejenis plankton renik yang memiliki rangka silika.
3.         Moluska dua cangkang kapur. Dalam fosil, organ-organ keras seperti ini seperti diawetkan.
4.         Graptolit:
5.         Fosil dengan rangka organis yang umumnya meninggalkan jejak dalam batu
6.         serpih hitam.
7.         Mahluk-mahluk ini hidup  dalam kelompok
8.         Gigi hiu: Tulang dan gigi terdiri atas umumnya fosfor, yang membuatnya lebih awet dibandingkan dengan by organ berjaringan lunak.
9.         Fosil jejak: Fosil-fosil yang terbentuk oleh jejakjejak yang tampak pada endapan.
10.     Amonit: Satu spesimen yang cangkangnya telah digantikan oleh pirit          besi dan terawetkan.
11.     Pohon membatu: Seiring waktu, sel-sel kayu pohon digantikan oleh silika dan membatu.
12.     Damar: Organisme-organisme kecil terawetkan dalam getah.. Daun terkarbonkan: Tetumbuhan beralihrupa menjadi serat-serat karbon.
2        Rantai Kejadian (Event Chain)
Nur (2003), merupakan, bahwa peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rantai kejadian, temukan kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian disebut kajian awal, kemudian temukan kejadian berikutnya dalam rantai itu dan lanjutkan sampai mencapai suatu hasil. Rantai kejadian cocok untuk memvisualisasikan hal-hal berikut : (a) memberikan tahapan-tahapan dari suatu proses. ;( b) langkah-langkah dalam suatu prosedur linier; dan (c) suatu urutan kejadian.

3. Peta Konsep Siklus (Cyle Concept Map)
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menhubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasilyan yang berulang-ulang.
 
4. Peta Konsep Laba-laba (Spider Concept Map)
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat memproleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide dan ini berkaitan dengan ide sentral itu namun belum jelas hubungannya satu sama yang lainnya. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut : (a) tidak menurut herarki, (b) kategori yang tidak parallel dan (c) hasil curah pendapat.
Proses mengajarkan strategi belajar digunakan dua pendekatan pengajaran utama, yaitu pengajaran langsung dan pengajaran terbalik (Nur 2000b: 45). Pengajaran langsung merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Dalam melatihkan strategi belajar secara efektif memerlukan pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional tentang strategi-strategi belajar. Pengetahuan deklaratif tentang strategi-strategi tertentu termasuk bagaimana strategi itu didefinisikan, mengapa strategi itu berhasil, dan bagaimana strategi itu serupa atau berbeda dengan strategi-strategi lain. Siswa juga memerlukan pengetahuan prosedural, sehingga mereka dapat menggunakan berbagai macam strategi secara efektif. Di samping itu juga menggunakan pengetahuan kondisional untuk mengetahui kapan dan mengapa menggunakan strategi tertentu.
Salah satu alasan menggunakan pengajaran langsung dalam mengajarkan strategi belajar adalah karena pengajaran langsung diciptakan secara khusus untuk mempermudah siswa dalam mempelajari pengetahuan deklaratif dan prosedural yang telah direncanakan dengan baik serta dapat mempelajarinya selangkah demi selangkah (Arends 1997) dalam Nur (2000b: 46).
 
III. PENUTUP 
Peta konsep adalah tehnik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.
Pendekatan keseluruhan otak yang menbuat kita mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya.
Peta konsep ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
 

DAFTAR PUSTAKA

Bobbi DePorter,Quantum Teaching, Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Bandung, Kaifa, 2005
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Jakarta, Balai Pustaka,1990
Drs.H.Martinis Yamin, M.Pd dan Dr.Bansu I.Ansori, M.Pd, Taktik mengembangkan Kemampuan Individual siswa, Gaung Persada Press Jakarta 2008
Mel Silberman, Aktive Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Insan Madani, Yogyakarta 2009
Nur, M. Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakekat Sains, University Presss, Surabaya 2003
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Th. 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, Asa Mandiri, 2006
Trianto, M.Pd. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep Landasan dan Implementsinya pada KTSP. Kencana Media Group Jakarta 2010
Undang-undang RI, No 20 Tahun 2003, Tentang Sistim Pendidikan Nasional, Citra Umbara Bandung, Tahun 2003
Dr.Wina Sanjaya, M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Perdana Media Group, Jakarta 2008
Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, Kencana Perdana Media Group, Jakarta 2008.


[1] Undang-undang RI, No 20 Tahun 2003, Tentang Sistim Pendidikan Nasional, Citra Umbara Bandung, Tahun 2003, hlm  7.
[2] Trianto, M.Pd. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep Landasan dan Implementsinya pada KTSP. Kencana Media Group Jakarta 2010, hlm. 5

[3] Peraturan Pemerintah RI No. 19 Th. 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, Asa Mandiri, 2006, h; 100

[4] Bobbi DePorter,Quantum Teaching, Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Bandung, Kaifa, 2005, h;3

[5] Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Jakarta, Balai Pustaka,1990,h 859.
[6] Ibid, hlm. 13
[7] Trianto, M.Pd, Op.Cit., h.139
[8] Trianto, Op.Cit,.h 144-149
[9] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan,Bandung, Kaifa, 2003, h; 152
[10]  Trianto M.Pd, Op.Cit, h 158.
[11]  Drs.H.Martinis Yamin, M.Pd dan Dr.Bansu I.Ansori, M.Pd, Taktik mengembangkan Kemampuan Individual siswa, Gaung Persada Press Jakarta 2008 h.38
[12] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Op cit, h 156.

[13]  Trianto. M.Pd, Op Cit, h 160
[14]  Mel Silberman, Aktive Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Insan Madani, Yogyakarta 2009, h 190.
[15] Nur, M. Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakekat Sains, University Presss, Surabaya 2003, h 24.