BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran
dasar dari sesuatu agama. Setiap orang ingin menyelami seluk-beluk agamanya
secara mendalam, perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang
dianutnya. Mempelajari teologi akan
memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat, yang
tidak mudah diombang-ambing peredaran zaman.
Teologi Islam yang diajarkan di Indonesia pada umumnya
adalah teologi dalam bentuk ilmu tauhid. Ilmu tauhid biasanya kurang mendalam
dalam pembahasan dan kurang bersifat filosofis. Selanjutnya ilmu tauhid
biasanya memberi pembahasan sepihak dan tidak mengemukakan pendapat dan paham
dari aliran-aliran atau golongan-golongan lain yang ada dalam teologi Islam. [1]
Oleh sebab itu pemahaman agama dapat di pahami dengan
berbagai pendekatan studi islam. Berbagai pendekatan tersebut meliputi :
pendekatan Teologis Normatif, Antropologis, Historis, dan politis. Adapun yang
di maksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang atau paradikma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami
agama.
B A B II
ISLAM DITINJAU DARI ASPEK TEOLOGIS
A. Pendekatan
Teologis Normatif dalam studi Islam
Pendekatan teologis normatif termasuk salah satu
pendekatan studi islam yang cukup populer dikalangan umat islam. Pendapat ini
dalam memahami agama dengan mengunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak
dari suatu keyakinan bahwa wujud empiris dari suatu keagamaan dianggap yang
paling benar dibandingkan dengan yang lainya.[2]
Dalam kamus inggris Indonesia, kata teologi diartikan
ilmu agama,[3] sedangkan dalam arti istilah teologi adalah ilmu yang
membicarakan tentang masalah ketuhanan, sifat-sifat wajibnya, sifat-sifat
mustahilnya dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pmbuatanya [4]
Dengan demikian teologi adalah istilah ilmu agama yang
membahas ajaran ajaran dasar dari suatu agama atau suatu keyakinan yang tertanam
dihati sanubari. Setiap orang yang ingin memahami seluk beluk agamanya, maka
perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang diyakininya.
Adapun kata normatif berasal dari bahasa ingris norm
yang berarti norma, ajaran, acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan
buruk yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.[5] Sedangkan istilah normatif adalah prinsif prinsif
atau pedoman pedoman yang menjadi petunjuk manusia pada umumnya untuk hidup
bermasyarakat.
Pendekatan teologi daam pendekatan pemahaman keagmaan
adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk formal atau simbol simbol
keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang
lainya adalah salah. Aliran teologi yang satu begitu yakin dan fanatik bahwa
fahamnyalah yang paling benar sedangkan yang lainya adalah salah, sehingga
memandang faham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan seterusnya.
Pendekatan teologis ini erat kaitanya dengan
pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi
ajaranya yang pokok dan asli dari tuhan yang di dalamnya belum terdapat
penalaran pemikiran manusia. Dalam pendekatan teologi normatif ini agama
dilihat sebagai suatu kebenaran mutlakdari tuhan, tidak ada kekurangan
sedikitpun dan tempat bersikap ideal.
Dari uraian diatas, pendekatan ini menunjukkan adanya
kekurangan, antara lain: bersifat eklusif, dogmatis, dan tidak mau mengakui
kebenaran agama lain. Kekurangan pendekatan dapat dilengkapi dengan pendekatan
sosiologis.
Sedangkan kelebihan dari pendekatan teologis normatif
adalah melalui pendekatan ini seorang akan memiliki sikap mencintai dalam
beragama yakni berpegang teguh kepada agama yang diyakininya sebagai yang bnar
tanpa memandang dan meremehkan agama lain. Dengan pendekatan yang demikian seseorang
akan memiliki sikap fanatis terhadap agama yang dianutnya[6]
Klasifikasi atau pembidangan ilmu-ilmu agama islam
erat hubungannya dengan perkembangan islam dalam sejarah. Tidak bisa dipungkiri
bahwa ajaran islam mengalami perkembangan dalam sejarah, sejak zaman Nabi
Muhammad Saw sampai ke zaman kita sekarang, dan akan terus berkembang lagi pada
masa depan.
Ajaran-ajaran islam tidak turun sekaligus begitu saja
dari langit melainkan diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad
Saw. Sesuai dengan perkembangan umat islam pada zaman beliau hidup. Alqur’an
datang untuk meluruskan keyakinan manusia dengan membuat ajaran tauhid. Tauhid
adalah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang
wajib tetap pada Nya. Sifat-sifat yang lebih disifatkan kepadaNya dan tentang
sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari padaNya.
Sesungguhnya fitrah manusia tentang keyakinan tentang
keEsaan Allah telah terbantuk.[7]
B. Pendekatan
Antropologis
Pendekatan antropologi dalam
memahami agama dapat di artikan sebagagai salah satu upaya memahami agama
dengan cara melihat wujud praktis keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Antropologi dalam kaitan ini sebagai mana dikatakan Dewan Raharjo, lebih
mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Penelitian
antropologi yang induktif, yaitu turun kelapangan tanpa berpijak pada, atau
setidak-tidaknya dengan upaya pembebasan diri kungkungan teori-teori formal
yang pada dasarnya sangat abstrak sebagai mana yang dilakukan dibidang
sosiologis dan lebih-lebih ekonomi yang mengunakan model model matematis.
Karl marx (1818-1883)
sebagai contoh melihat agama sebagai opium atau candu masyarakat tertentu
sehingga mendorongnya untuk memperkenalkan teori konflik atau yang biasa
disebut dengan teori pertentangan kelas. Lain hanya dengan Max Weber
(1964-1920). Dia melihat adanya korelasi positif antara ajaran protestan dengan
munculnya semangat munculnya kapitalisme modern. Etika protestan dilihatnya
sebagai cikal bakal etos kerja masyarakat industri yang modern yang
kapitalistik.
Melalui pendekatan
antropologis sebagaimana disebut di atas, kita melihat bahwa agama ternyata
berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam
hubungan ini, maka jika kita ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja
seseorang, maka dapat dilakukan dengan cara mengubah pandangan keagamaanya.
Selanjutnya melaui pendekatan
antropologis ini, kita dapat mlihat agama dalam hubunganya dengan mekanisme
pengorganisasian. Seperti kasus di Indonesia, peneliti Clifford Geertz dalam
karyanya The Religion of Java dapat dijadikan contoh Yang baik dalam hal ini,
Geertz melihat adanya klasifikasi social dalam masyarakat muslim di Java,
antara santri, priyayai dan abangan.
Pendekatan antropologis
seperti itu diperlukan adanya, karena banyak berbagai hal yang di bicarakan
agama hanya bias dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan antropologis.
Dalam alquran alkarim, sebagai sumber utama ajaran islam misalnya kita
memperoleh informasi tentang kapan nabi nuh di gunung Arafat, kisah ashabul
kafi yang dapat bertahan dalam gua lebih dari tiga ratus tahun.
Dengan demikian pendekatan
antropologi sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran
agama tersebut terdapat uraiyan dan informasi yang dapat dijelaskan lewat
bantuan ilmu antropologi dengan cabang cabangnya.[8]
Salah satu konsep kunci terpenting dalam
antropologi modern adalah holisme, yaknipandangan bahwa praktik praktik
sosial harus diteliti dalm konteks dan secara esensial dilihat sebagai praktik
yang berkaitan dengan yang lain dalam masyarakat yang sedang di teliti. Para
antropologis harus melihat agama dan praktik praktik pertanian, kekeluargan dan
politik, magig dan pengobatan “secara bersama-sama maka agama tidak bisa
dilihat sebagai system otonom yang tidak terpengaruh oleh praktik-praktik
sosial lainya.[9]
C.
Pendekatan
Historis
Sejarah
atau histories adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa
dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari
peristiwa tersebut.
Melalui
pendekatan sejarah seorang diajak menukik dari alam idialis kealam yang
bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya
kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idialis dengan
yang ada dalam alam empiris dan historis.
Pendekatan
kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri
turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi sosial
kemasyarakatan. Dalam hubungan ini kuntowijaya telah melakukan studi yang
mendalam terhadap agama yang yang dalam hal ini islam menurut pendekatan
sejarah. Ketika ia
mempelajari alquran, ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya
kandungan alquran itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi
konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah seejarah dan perumpamaan.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk
memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa.
Dari sini, maka seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks
historisnya karena pemahaman demikiian itu akan menyesatkan orang yang
memahaminya.seseorang yang ingin memahami alquran secara benar misalnya, yang
bersangkutan harus mempelajari sejarah turunya alquran atau kejadian kejadian
yang mengiringi turunya alquran yang selanjutnya disebut sebagai ilmu Asbab an
Nuzul (ilmu tentang sebab sebab turunya ayat ayat alquran) yang pada intinya
berisi sejarah turunya ayat alquran. Dengan ilmu asbabun Nuzul ini seseorang
akan dapat mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu ayat yang berkenan
dengan hukum tertentu dan ditujukan untuk memelihara syariat dari kekeliruan
memahaminya[10]
Dengan menggunakan pendekatan sejarah ada lima teori
yang bisa digunakan, yaitu:
1.
Idealisme approach adalah
seorang peneliti yang berusaha memahami dan menafsirkan fakta sejarah dengan
mempercayai secara penuh fakta yang ada tanpa keraguan.
2. Reductionalist approach adalah seorang peneliti yang
berusaha memahami dan menafsirkan fakta sejarah dengan penuh keraguan.
3. Diakronik adalah
penelusuran sejarah dan perkembangan satu fenomena yang sedang diteliti.
4. Sinkronik adalah
kontekstualisasi atau sosiologis kehidupan yang mengitari fenomena yang sedang
diteliti.
5.
Teori adalah sistem nilai
atau budaya.
Sang tokoh dan budaya dimana dia hidup. Pada
penelitian diakronik, sinkronik dan teori adalah penelitian yang menulusuri
latar belakang dan perkembangan fenomena yang lengkap dengan sejarah
sosio-historis dan nilai budaya yang mengitarinya.[11]
D. Pendekatan
Politis
Secara harfiah, politik
dapat diartikan sebagai usaha atau rekayasa yang diatur sedemikian rupa dalam
rangka mencapai tujuan. Dengan pengertian ini politik yang dalam bahasa arabnya
dikenal dengan istilah al-siyasah berlaku pada semua aspek kehidupan seperti
pendidikan, keluaraga, ekonomi, budaya, keagamaan, dan lain sebagainya. Dalam
perkembangan selanjutnya, politik sering dikaitkan dengan urusan pemerintahan
tersebut, tampakmya yang paling menonjol dibandingkan dengan pengertian politik
lainya.
Persoalan selanjutnya,
apakah politik yang menentukan corak pendidikan, atau sebaliknya yang
menentukan corak politik dalam kaitan ini terdapat perdebatan dikalangan para
ahli. Hasan lang gulung, mislnya: lebih melihat bahwa politiklah yang
menentukan corak pendidikan. Ketika berbicara mengenai asas asas pendidikan
hasanlanggulung berpendapat bahwa bahwa politik berfungsi memberi bingkai
idiologi (kaidah) dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita
citakan dan rencana yang telah dibuat. Dengan demikian politik berperan sebagai
cita-cita dan pandangan hidup yang mengarahkan gerak langkah pendidikan.
Politik yang bersifat demokratis akan mewarnai pelaksanaan pendidikan yang
emokratis. Sebaiknya, politik yang bercorak otoriter totaliter akan mempengarui
pelaksanaa pendidikan yang bercorak totaliter dan otoriter pula.
Dalam sejarah islam,
hububgab antara pendidikan dengan politik juga dapat dilacak pada masa-masa
pertumbuhan paling subur dalam lembaga-lembaga pendidikan islam, semacam
marasah sepanjang sejarah terdapat hubungan yang amat erat antara pendidikan
dengan politik. Kenyataan ini, misalnya, dapat dilihat dari pendirian bayak
madrasah di timur tengah yang disponsori oleh penguasa publik. Contoh paling
terkenal dalam hal ini adalah madrasah Nishamiyah di Bagdad yang didirikan
sekitar tahun1064 M oleh Wazir Nizham Dinasti saljuk, Nizam al-Mulk, di
madrasah ini terkenal adanya seorang pemikir bsar al-ghozali yang menjadi salah
seorang mahagurunya.
Siknifikansi
dan implikasi politik dan pengembangan madrasah atau pendidikan islam, pada
umumnya, bagi para penguasa muslim sudah jelas. Madrasah-madrasah tersebut
didirikan untuk menunjang kepentingan-kepentingan politik tertentu dari
penguasa muslim, diantaranya untuk menciptakan dan memperkokoh citra penguaa
sebagai orang orang yang mempunyai kesalehan, minat, dan kepedulian kepada
kepentingan umat, dan ini lebih penting lagi sebagai pembeda antara ortodoksi
dan lainya. Semua ini, menurut Azyumardi Azra, pada giliranya akan memperkuat
legitimasi penguasa berkaitan dengan rakyat yang mereka pimpin.[12]
BAB III
P E
N U T
U P
A.
Kesimpulan
Pendekatan teologis sangat erat kaitanya dengan
pendekatan normatif, dan bisa dikatakan sama yaitu suatu pendekatan pendekatan
yang memandang agama dari segi ajaranya yang pokok dan asli dari tuhan yang
didalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia.
Pendekatan antropologi sangat dibutuhkan dalam
memahami ajaran agama, karena dalam ajaran agama terdapat uraian dan informasi
yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.
Sejarah atau histories adalah suatu ilmu yang
didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsure tempat,
waktu,objek, latar belakang dan peleku dari peristiwa tersebut.
Pendekatan secara politis mempunyai siknifikasi dan
implikasi politik untuk menunjang kepentingan kepentingan politik tertentu dari
penguasa muslim, diantaranya untuk menciptakan dan memperkokoh citra penguasa
sebagai orang orang yang mempunyai kesalehan minat dan kepedulian kepada
kepentingan umat, dan lebih penting lagi sebagai pembeda antara ortodoksi dan
lainya.
Demikian makalah yang dapat kami susun. Tentunya dalam
penguraian di atas masih banyak pengurangan dan kelemahan di dalamnya. Oleh
karena itu, kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan. Untuk itu apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan
dalam uraian, kami mohon maaf yang sebesar besarnya. Akhirnya semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami khususnya dan bagi para para pembaca
umumnya amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Abudin Nata, Ilmu Pendekatan Islam
dengan Pendekatan Multidisipliner, Jakarta : raja grafindo persada.
Abudin Nata, , Metodologi Studi Iislam,
Jakarta :rajawali pers, 2009.
Abudin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam
di Indonesia, Jakarta: rajagrafindo, 2001.
Harun Nasution,
Teologi Islam aliran-aliran sejarah analisa Perbandingan, Jakarta,UIP, 2002
John M.echols, KamusIingris Indonesia,Jakarta
:gramedia, 1979.
Khoirudin Nasution, Pengantar Studi Islam, yogyakarta:
Academia, 2009
Peter Connoly, Aneka Pendekatan Studi Agama,Yogyakarta
:PT lkis, 2009,
[1]
Harun Nasution, Teologi Islam aliran-aliran sejarah analisa Perbandingan,UIP,
2002, hal. ix
[2] Abudin nata,
Metodologi studi islam, (Jakarta :rajawali pers, 2009), hlm.28.
[4] Abudin nata, peta keragaman pemikiran islam di Indonesia,
(Jakarta :rajagrafindo, 2001), cet.2, hlm.28.
[5] John M,echols, op.cit.,hlm.396.
[6] Abudin, Nata, metodologi studi islam,
Op.cit.,hlm.34.
[7] Khoirudin, nasution, pengantar studi islam,
(yogyakarta :2009), hlm.223.
[8] Abudinata,
opcit, halm. 35-38.
[9] Peter
connoly, Aneka pendekatan studi agama, (yogyakarta: PT. Lkis, 2009).
Halm 34.
[10]
Abuddin nata, metodologi studi islam, (Jakarta : 2008), halm. 35-38.
[11] Khoirudin,
nasution, pengantar studi islam, (yogyakarta :2009), hlm.223-224.
[12] Abuddin nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan
Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: 2008). Halm.295-298.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar