I.
PENDAHULUAN
Pada zaman modern sekarang ini,
masalah pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Abad mendatang
merupakan suatu tantangan bagi generasi yang akan datang. Terutama bagi bangsa
Indonesia dalam mencapai tujuan nasional dan sumber daya manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa lain. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembang potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]
Memasuki abad ke-21, sistim pendidikan nasional menghadapi tantangan yang
sangat komplek dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu
bersaing diera global saat ini. Upaya yang tepat untuk menyiapkan SDM yang
berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogyanya
berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah
pendidikan. Sementara itu Komisi tentang Pendidikan Abad ke-21, merekomodasikan
empat strategi dalam mensukseskan pendidikan :
1.
Pertama learning to learn, memuat
bagaimana pelajar mampu mengali imformasi yang ada sekitarnya dari ledakan
imformasi itu sendiri.
2.
Learning to be, yaitu pelajar
diharapkan mampu untuk mengenali dirinya sendiri, serta mampu beradaptsi dengan
lingkunganya.
3.
Learning to do, yaitu berupa
tindakan atau aksi, untuk memunculkan ide yang berkaitan dengan sainstek.
4.
Learning to be together, yaitu
memuat bagaimana kita hidup dalam masyarakat yang saling bergantung antara yang
satu dengan yang lainnya, sehingga mampu bersaing secara sehat dan bekerja sama
serta mampu untuk menghargai oranglain.[2]
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa
ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik, hal ini dapat dilihat dari
hasil pesrta didik yang senantiasa masih sangat memperihatinkan, ini tidak lain
disebabkan oleh dominannya proses pembelajaran kovensional, dimana suasana
kelas masih cendrung techer-centered sehingga siswa mwnjadi fasif. Dalam hal
ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memhami bagaimana
belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri (self motivation) padahal
aspek-aspek semacam ini merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran.
Keberadaan guru dan siswa merupakan dua faktor yang sangat penting di
mana diantara keduanya saling berkaitan. Kegiatan belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru
tetap mempunyai suatu peran yang penting dalam memberikan suatu ilmu kepada
anak didiknya. Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam menyelenggarakan
pelajaran adalah bagaimana menimbulkan aktifitas dan keaktifan dalam diri siswa
untuk dapat belajar secara efektif. Sebab, keberhasilan dalam suatu pengajaran
sangat dipengaruhi oleh adanya aktifitas belajar siswa. Salah satu cara untuk
menimbulkan aktifitas belajar siswa adalah dengan merubah kegiatan-kegiatan
belajar yang monoton.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab 1 pasal 1 ayat 6,
Standar Proses Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan.[3]
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya
berarti, setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi dan sampai sejauh mana
menggubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula
proses belajar berlangsung.[4]
Dari uraian tersebut diatas maka salah satu factor untuk mencapai tujuan
pendidikan adalah salah satunya dengan strategi pembelajaran dan starategi
belajar yang bervariatif dan menyenangkan sesuai dengan situasi dan kondisi
kelas serta materi apa yang sedang diajarkan, sehingga terhindar dari
pembelajaran yang hanya berpusat pada guru. Diharapkan dengan belajar strategi
belajar anak akan lebih aktif, kreatif dan inovatif dan guru sebagai pendamping
dan sebagai motivator.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Belajar
1.
Pengertian Strategi Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian strategi
adalah “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai kegitan khusus”.[5]
Sedangkan belajar adalah “berusaha memproleh kepandaian atau ilmu”,
“berubah tingkah laku atau tanggaban
yang disebabkan oleh penggalaman”.[6]
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar strategi bisa diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
digariskan.[7]
Dalam pikiran kebanyakan praktisi pendidikan, makna
dan hakekat belajar sering kali hanya sebagai penerima. Di dalam sejarah dunia pendidikan guru
merupakan sosok figur teladan bagi siswa/i yang harus memiliki strategi dan
teknik-teknik dalam mengajar. Kegiatan belajar mengajar sebagai sistem
intruksional merupakan interaksi antara siswa dengan komponen-komponen lainnya,
dan guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran agar lebih aktif dan efektif
secara optimal. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah menguasai
teknik-teknik penyajian, atau biasanya di sebut metode mengajar. Teknik
penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang
dipergunakan oleh guru atau insturktur kepada siswa di dalam kelas agar
pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Di
dalam kenyatan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan
guru untuk menyampaikan informasi atau message lisan kepada siswa, berbeda
dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,
keterampilan serta sikap. Maka, yang disebut dengan strategi belajar mengajar
ialah memikirkan dan mengupayakan konsistansi aspek-aspek komponen pembentuk
kegiatan sistem intruksional dengan siasat tertentu. Strategi Belajar Mengajar
adalah pola-pola umum kegiatan guru – anak didik dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti
setiap guru mulai memasuki suatu kegiatan yg bernilai edukatif. Nilai
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.
Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajaran secara sistematis dgn memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan
pembelajaran.
Sehingga bahan pelajaran yg disampaikan guru dapat difahami dan
diaplikasikan siswa dengan tuntas.
2.
Macam-macam strategi
belajar (Learning Strategis)
Berdasarkan teori kognitif dan pemerosesan imformasi,
maka terdapat beberapa strategi belajar yang dapat digunakan dan diajarkan,
yaitu :
a)
Strategi mengulang (rehearsel
strategis)
·
Mengarisbawahi
·
Membuat catatan-catatan
pinggir
b)
Strategi-strategi elaborasi
(elaboration strategis)
·
Pembuatan catatan
·
Analogi
·
PQ4R
c)
Strategi organisasi (organization
strategis)
·
Outlining
·
Pemetaan konsep
·
Mnemonics
·
Chunkin (potongan)
·
Akronim (singkatan)
d)
Strategi Metakognitif
(metacognitive strategis).[8]
B. Strategi Belajar Peta
Konsep (Consept Mapping)
1. Pengertian Belajar Peta Konsep
Peta konsep adalah
tehnik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan
citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.
Pendekatan
keseluruhan otak yang menbuat kita mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam
satu halaman. Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya.
Tehnik pencatatan
ini dikembangkan pada tahun 1970-an oleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset
tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya. Otak sering kali mengingat
informasi dalam bentuk gambar, symbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Peta
konsep menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola
dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar,
mengorganisasikan dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide
orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode
pencatatan tradisional karena ia mengaktifkan kedua belahan otak (karena itu
disebut dengan istilah “pendekatan keseluruhan otak”). Cara ini juga
menenangkan, menyenangkan dan kreatif. Pikiran tidak akan menjadi mandeg
karena mengulangi catatan, jika catatan-catatan tersebut dibuat dalam bentuk
peta konsep.[9]
Adapun yang
dimaksud peta konsep adalah ilustrasi grafis konkrit yang mengindikasikan
bagaimana sebuah konsep tunggal yang dihubungkan kekonsep-konsep lain pada
kategori yang sama (Martin, 1994).[10]
Agar pemahaman terhadap
peta konsep lebih jelas maka Dahar (1989) yang dikutip oleh Erman (2003), mengemukakan
ciri-ciri peta konsep adalah sebagai berikut :
a.
Peta konsep atau pemetaan konsep
adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisiproposisi
suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika.
Dengan mengunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang itu lebih jelas dan
mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
b.
Suatu peta konsep merupakan gambar
dua demensi dari suatu bidang studi atau
suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan
proposional antara konsep-konsep.
c.
Tidak semua konsep mempunyai bobot
yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep
lain.
d.
Bila dua atau lebih konsep
digambarkan dibawah suatu konsep yang
lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut diatas, maka sebaiknya
peta konsep disusun secara hierarki, artinya konsep yang lebih inklusif
diletakan pada puncak peta makin kebawah konsep-konsep diurutkan menjadi kurang
inklusif.
Peta konsep dapat dikembangkan secara indidual atau dalam atau dalam
kelompok kecil. Siswa mengatur sejumlah konsep atau kunci-kunci pada suatu
halaman kertas, kemudian menghubungkannya dengan garis-garis dan sepanjang
garis itu ditulis suatu kata atau ungkapan yang menjelaskan antar kata-kata
atau konsep-konsep.[11]
1.
Cara Membuat Peta konsep
Untuk membuat peta konsep, gunakan pulpen berwarna
dan mulailah dari bagian tengah kertas. Gunakan kertas secara melebar untuk
mendapatkan lebih banyak tempat. Lalu ikuti langkah-langkah berikut:
- tulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi atau bentuk lain. Misalnya, peta konsep dilingkupi oleh gamba bohlam
- tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dai jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.
- tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan. Jika menggunakan singkatan, pastikan bahwa mengenal singkatan-singkatan tersebut, sehingga dengan mudah segera mengingat artinya selama berhari-hari atau berminggu-minggu setelahnya.
- tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik
- tulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi atau bentuk lain. Misalnya, peta konsep dilingkupi oleh gamba bohlam
- tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dai jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.
- tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan. Jika menggunakan singkatan, pastikan bahwa mengenal singkatan-singkatan tersebut, sehingga dengan mudah segera mengingat artinya selama berhari-hari atau berminggu-minggu setelahnya.
- tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik
- tulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi atau bentuk lain. Misalnya, peta konsep dilingkupi oleh gamba bohlam
- tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dai jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.
- tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan. Jika menggunakan singkatan, pastikan bahwa mengenal singkatan-singkatan tersebut, sehingga dengan mudah segera mengingat artinya selama berhari-hari atau berminggu-minggu setelahnya.
- tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.[12]
Arend (1997:258) yang dikutip
dalam buku Trianto M.Pd, memberikan langkah-langkah dalam membuat peta konsep
adalah sebagai berikut :
1. mengidentifikasi ide
pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Contoh, ekosistim.
2. Mengidentifikasi
ide-ide atau konsep-konsep skunder yang menunjang ide utama. Contoh, individu,
populasi, dan komunitas.
3. Tempatkan ide-ide
utama ditengah atau dipuncak peta tersebut.
4. Kelompokan ide-ide
sekunder disekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide
tersebut dengan ide utama.[13]
Sedangkan menurut Mel
Silberman dalam bukunya Aktive Learning 101 Strategi pembelajaran aktif ada
beberapa prosedur dalam membuat peta konsep adalah sebagai berikut :
1. Pilihlah topik untuk
pemetaan pikiran,yang mencakup :
a. Problem atau isu
tentang ide-ide yang anda inginkan untuk menciptakan ide-ide aksi.
b. Konsep atau kecakapan
yang baru anda ajarkan
c. Penelitian yang harus
direncanakan oleh siswa.
2. Kontruksikan bagi
kelas peta pikiran yang sederhana yang mengunakan warna khayalan atau simbol
3. Berikanlah kertas
pena dan sumber-sumber yang lain yang anda pikirkan akan membantu peserta didik
membuat peta pikiran yang indah, berilah peserta didik tugas memtakan pikiran
4. Berikan waktu yang
banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka.
5. Perintahkan kepada
peserta didik untuk membagi peta pikirannya, lakukan nilai cara kreatif untuk
mengambarkan ide-ide.[14]
2.
Macam-macam Peta Konsep
Menurut Nur (2000) dalam Erman (2003: 24) peta konsep
ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events
chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba
(spider concept map).[15]
1. Pohon Jaringan. (Network Tree)
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan
beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung
memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon
jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan
dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau
konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep
yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis
itu. Pohon jaringan cocok untuk memvisualisasikan hal-hal berikut : (a)
menunjukan sebab akibat, (b) suatu hierarki, (c) prosedur yang bercabang, dan
(d) istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan-hubungan. Contoh :
Keterangan gambar :
1.
Karang: hewan laut berkapur yang
membentuk karang.
2.
Radiolaria: sejenis plankton renik
yang memiliki rangka silika.
3.
Moluska dua cangkang kapur. Dalam
fosil, organ-organ keras seperti ini seperti diawetkan.
4.
Graptolit:
5.
Fosil dengan rangka organis yang
umumnya meninggalkan jejak dalam batu
6.
serpih hitam.
7.
Mahluk-mahluk ini hidup dalam kelompok
8.
Gigi hiu: Tulang dan gigi terdiri
atas umumnya fosfor, yang membuatnya lebih awet dibandingkan dengan by organ
berjaringan lunak.
9.
Fosil jejak: Fosil-fosil yang
terbentuk oleh jejakjejak yang tampak pada endapan.
10.
Amonit: Satu spesimen yang
cangkangnya telah digantikan oleh pirit
besi dan terawetkan.
11.
Pohon membatu: Seiring waktu,
sel-sel kayu pohon digantikan oleh silika dan membatu.
12.
Damar: Organisme-organisme kecil
terawetkan dalam getah.. Daun terkarbonkan: Tetumbuhan beralihrupa menjadi
serat-serat karbon.
2
Rantai Kejadian (Event
Chain)
Nur (2003), merupakan, bahwa peta konsep rantai
kejadian dapat digunakan untuk suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam
suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rantai
kejadian, temukan kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian disebut kajian
awal, kemudian temukan kejadian berikutnya dalam rantai itu dan lanjutkan
sampai mencapai suatu hasil. Rantai kejadian cocok untuk memvisualisasikan
hal-hal berikut : (a) memberikan tahapan-tahapan dari suatu proses. ;( b)
langkah-langkah dalam suatu prosedur linier; dan (c) suatu urutan kejadian.
3. Peta Konsep Siklus (Cyle Concept Map)
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak
menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan
kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu menhubungkan kembali ke
kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya.
Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu
rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasilyan yang
berulang-ulang.
4. Peta
Konsep Laba-laba (Spider Concept Map)
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah
pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide
sentral, sehingga dapat memproleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk.
Banyak dari ide-ide dan ini berkaitan dengan ide sentral itu namun belum jelas
hubungannya satu sama yang lainnya. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk
memvisualisasikan hal-hal berikut : (a) tidak menurut herarki, (b) kategori
yang tidak parallel dan (c) hasil curah pendapat.
Proses mengajarkan strategi belajar digunakan dua
pendekatan pengajaran utama, yaitu pengajaran langsung dan pengajaran terbalik
(Nur 2000b: 45). Pengajaran langsung merupakan suatu pendekatan mengajar yang
dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi
yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Dalam melatihkan strategi
belajar secara efektif memerlukan pengetahuan deklaratif, prosedural, dan
kondisional tentang strategi-strategi belajar. Pengetahuan deklaratif tentang strategi-strategi
tertentu termasuk bagaimana strategi itu didefinisikan, mengapa strategi itu
berhasil, dan bagaimana strategi itu serupa atau berbeda dengan
strategi-strategi lain. Siswa juga memerlukan pengetahuan prosedural, sehingga
mereka dapat menggunakan berbagai macam strategi secara efektif. Di samping itu
juga menggunakan pengetahuan kondisional untuk mengetahui kapan dan mengapa
menggunakan strategi tertentu.
Salah satu alasan menggunakan pengajaran langsung
dalam mengajarkan strategi belajar adalah karena pengajaran langsung diciptakan
secara khusus untuk mempermudah siswa dalam mempelajari pengetahuan deklaratif
dan prosedural yang telah direncanakan dengan baik serta dapat mempelajarinya
selangkah demi selangkah (Arends 1997) dalam Nur (2000b: 46).
III. PENUTUP
Peta konsep adalah tehnik pemanfaatan keseluruhan
otak dengan menggunakan citra visual
dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.
Pendekatan keseluruhan otak yang menbuat kita mampu
membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan citra
visual dan perangkat grafis lainnya.
Peta konsep
ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events
chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba
(spider concept map).
DAFTAR PUSTAKA
Bobbi DePorter,Quantum Teaching, Mempraktikkan
Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Bandung, Kaifa, 2005
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Jakarta, Balai
Pustaka,1990
Drs.H.Martinis Yamin, M.Pd dan Dr.Bansu I.Ansori,
M.Pd, Taktik mengembangkan Kemampuan Individual siswa, Gaung Persada Press
Jakarta 2008
Mel Silberman, Aktive Learning, 101 Strategi
Pembelajaran Aktif, Insan Madani, Yogyakarta 2009
Nur, M. Buku
Panduan Keterampilan Proses dan Hakekat Sains, University Presss, Surabaya 2003
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Th. 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Jakarta,
Asa Mandiri, 2006
Trianto, M.Pd. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif, Konsep Landasan dan Implementsinya pada KTSP. Kencana Media
Group Jakarta 2010
Undang-undang RI, No 20 Tahun 2003, Tentang Sistim
Pendidikan Nasional, Citra Umbara Bandung, Tahun 2003
Dr.Wina Sanjaya, M.Pd, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Perdana Media Group, Jakarta
2008
Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran,
Kencana Perdana Media Group, Jakarta 2008.
[1]
Undang-undang RI, No 20 Tahun 2003, Tentang Sistim Pendidikan Nasional, Citra
Umbara Bandung, Tahun 2003, hlm 7.
[2]
Trianto, M.Pd. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep Landasan
dan Implementsinya pada KTSP. Kencana Media Group Jakarta 2010, hlm. 5
[3] Peraturan
Pemerintah RI No. 19 Th. 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, Asa Mandiri,
2006, h; 100
[4]
Bobbi DePorter,Quantum Teaching, Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-ruang Kelas, Bandung, Kaifa, 2005, h;3
[5]
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Jakarta, Balai Pustaka,1990,h 859.
[6] Ibid,
hlm. 13
[7]
Trianto, M.Pd, Op.Cit., h.139
[8]
Trianto, Op.Cit,.h 144-149
[9] Bobbi
DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan,Bandung,
Kaifa, 2003, h; 152
[10] Trianto M.Pd, Op.Cit, h 158.
[11] Drs.H.Martinis Yamin, M.Pd dan Dr.Bansu
I.Ansori, M.Pd, Taktik mengembangkan Kemampuan Individual siswa, Gaung Persada
Press Jakarta 2008 h.38
[12] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Op cit,
h 156.
[13] Trianto. M.Pd, Op Cit, h 160
[14] Mel Silberman, Aktive Learning, 101 Strategi
Pembelajaran Aktif, Insan Madani, Yogyakarta 2009, h 190.
[15] Nur, M. Buku Panduan Keterampilan
Proses dan Hakekat Sains, University Presss, Surabaya 2003, h 24.