I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, pembelajaran inovatif yang mampu membawa perubahan belajar bagi siswa telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran konvensional telah usang karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa sangat tidak nyaman dengan metode mulut. Sebaliknya siswa nyaman dengan pembelajaran yang sesuai dengan pribadi siswa itu sendiri yang masih dalam usia yang senang dengan permainan (bermain sambil belajar). Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan mempunyai peranan strategis dalam peningkatan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. Besarnya peranan Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari fungsi dan tujuan pendidikan agama yang tertuang dalam peraturan pemerintah No. 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan pasal 2, yaitu Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sistematis dan terencana yang dilakukan untuk membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. Pengajaran Pendidikan Agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia (Nasution, 2003). Jadi, materi pendidikan agama Islam meliputi pengetahuan tentang agama dan bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kuat dalam kehidupan sehari–harinya dengan menunjukkan akhlak mulia. Dalam hal ini, Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) mempunyai peran yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam. Disamping itu, guru juga figur yang utama dalam menanamkan nilai-nilai luhur ajaran agama Islam dalam kerangka pembentukan sikap dan watak, serta perilaku peserta didik melalui berbagai model pembelajaran yang dikembangkan di sekolah.
Namun, kenyataannya model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah masih menemui berbagai tantangan, baik di tingkat sekolah dasar, menengah maupun lanjutan. Tantangan utama yang dihadapi adalah cara mengimplementasikan materi Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari siswa, di mana dalam proses penyampaian materi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, seorang Guru Pendidikan Agama Islam hanya mengarahkan anak didik untuk menguasai dan menghafal materi pelajaran, tidak menekankan pada proses berfikir kritis dan sistematis sehingga anak didik tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Akibatnya, anak didik hanya pintar secara teoritis, tapi perilaku yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-harinya tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Secara umum kemampuan dan minat siswa Sekolah Dasar Al Washliyah Berastagi dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sewaktu penulis menyajikan materi ketentuan-ketentuan shalat wajib dengan pendekatan ceramah, diskusi dan pemberian tugas untuk mengerjakan soal-soal latihan, kelihatannya para siswa menerimanya tanpa eksperesi yang menunjukkan ketertarikan untuk mempelajarinya. Mereka tetap mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas sekedar untuk menjalankan perintah guru dan memperoleh nilai. Kondisi ini menyebabkan hasil belajar para siswa tersebut tidak memuaskan dan memperlihatkan tidak tuntas. Ironisnya, dalam kehidupan sehari-hari, siswa belum menjalankan praktek sholat lima waktu dengan sempurna (khususnya shalat subuh, Ashar). Padahal shalat wajib ini merupakan materi yang sangat urgen dipelajari dan harus mempu dipraktekkan oleh siswa secara benar karena sholat merupakan rukun Islam kedua yang dapat menjamin terhindarnya seseorang melakukan perbuatan yang keji dan mungkar, sebagimana firman Allah SWT dalam surat Al-Ankabut ayat :45 :
Artinya:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Alkitab (Alquran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar keutamaannya daripada ibadah-ibadah dan amal-amal ketaatan lainnya. Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.
Sholat juga merupakan pangkal tolak pembinaan kepribadian seseorang muslim yang dijadikan oleh Rasulullah sebagai Tiang Agama Islam, karena dapat melatih pembinaan disiplin pribadi. Ketaatan melaksanakan shalat pada usia muda dapat menumbuhkan kebiasaan secara teratur, dan secara terus menerus akan membekas keseluruh sikap dan perilaku hidup sehari-hari. Apabila pembinaan sholat terabaikan akan meruntuhkan sendi-sendi Islam dan sekaligus menghancurkan pembinaan umatnya. Ketidaktertarikan para siswa dalam menerima materi ketentuan-ketentuan shalat wajib ini, bagi penulis merupakan masalah yang serius karena penulis khawatir materi yang penting ini hanya terlewati begitu saja, tanpa kesan, tidak bermakna dan tidak mendapat hasil belajar yang optimal pada diri siswa.
Berdasarkan temuan awal pada saat mengajar, diperoleh bahwa ketidaksenangan siswa dalam mempelajari materi sholat, disebabkan cara penyampaian materi yang didominasi dengan ceramah sehingga siswa merasa jenuh menerima materi tersebut. Secara teoritis, materi tata cara sholat merupakan topik yang lebih sulit dibandingkan dengan materi Pendidikan Agama Islam lainnya, karena konsep tata cara sholat sangat memungkinkan terjadinya miskonsepsi pada diri siswa. Selain itu, materi yang memang sulit, siswa Sekolah Dasar juga masih memiliki keingian-keinginan untuk bermain dan dalam kehidupan sehari-harinya dapat dilihat betapa gembiranya anak-anak tersebut ketika bercanda dengan teman-temannya sambil bermain di lingkungan sekolah.
Berkaitan dengan itulah, maka diperlukan usaha-usaha untuk mengembangkan pendekatan dan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai ajaran agama Islam yang bermakna dalam kehidupannya, mendorong mereka untuk mengamalkanya, dan sekaligus juga dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya. Disisi lain siswa mendapat pelajaran Pendidikan Agama Islam dari guru dalam suasana yang nyaman, asyik dan menyenangkan dan sesuai untuk siswa. Risman dalam Widodo (2004) menyatakan bahwa untuk menyelenggarakan pendidikan yang menyenangkan bagi anak sehingga anak bisa berprestasi ada tiga C yang harus diperhatikan, yaitu children (anak), content (materi), dan context (situasi). Lebih lanjut Widodo (2004) menjelaskan perlakuan yang tepat dan materi yang sesuai tidak mempunyai efek yang positif jika tidak disampaikan pada situasi (context) yang tepat.
Berdasarkan hasil yang telah dilakukan di Sekolah Dasar Swasta Berastagi , dimana selama ini siswa sulit sekali dalam pengamatan untuk menghapal bacaan – bacaan dan gerakan shalat dengan baik, karena selama ini dilakukan dengan metode lama yakni ceramah dan tanya jawab di kelas dan dilaksanakan praktek sholat. Sementara dengan praktek shalat berjama’ah dengan membaca bersama – sama tidak kelihatan dengan jelas siswa yang belum hapal bacaan bacaan shalat. Hal ini diketahui ketika siswa dipanggil satu persatu untuk memperaktekkan shalat. Maka ternyata dari jumlah siswa yang ada baru menguasai bacaan dan gerakan shalat sebanyak 50 % dari jumlah siswa yakni 40 orang dengan sempurna. Ini terlihat sekali pada waktu duduk tasyahud akhir.
Melihat kondisi tersebut, penulis berusaha melakukan inovasi model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dalam penyampaian materi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar (SD) Al Washliyah Berastagi. Pendekatan dan model pembelajaran yang telah penulis lakukan adalah dengan permainan menggunakan alat peraga matching card. Diharapkan melalui model pembelajaran ini motivasi belajar siswa akan meningkat, berkesan, bermakna, mengasyikkan dan memperoleh hasil belajar yang optimal, karena dalam suasana permainan siswa dapat belajar tanpa rasa terbebani dan guru juga dapat menyesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Oleh karena itu dilakukan perubahan dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture dengan system bermain. Ternyata hasil yang dipeoleh anak didik semakin baik dibandingkan dengan metode sebelumnya.
Hal inilah maka akhirnya penulis berkeinginan mengikuti kreasi model pembelajaran pendidikan agama Islam berbacis ICT dengan judul Penerapan Model Picture and Picture Dalam Pembelajaran Shalat Pada kelas IV SD Swasta Al Washliyah Berastagi.
A. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang uraian diatas, penulis mengemukakan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran picture and picture pada materi mengenal ketentuan-ketentuan shalat di SD Sw. Al Washliyah Berastagi ?
2. Apakah dengan melakukan permainan menggunakan alat peraga matching card ini dapat menciptakan pembelajaran yang menarik, mengasyikkan, menyenangkan dan bermakna?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model pembelajaran picture and picture pada materi mengenal ketentuan-ketentuan shalat di SD Sw. Al Washliyah Berastagi?
B. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penerapan model pembelajaran picture and picture pada materi mengenal ketentuan-ketentuan shalat ini adalah:
1. Meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran agama khususnya materi Mengenal ketentuan-ketentuan shalat.
2. Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, asyik dan bermakna sehingga mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan.
3. Menjadikan siswa kreatif dalam mempelajari materi mengenal ketentuan – ketentuan shalat dengan tampilan – tampilan di komputer.
4. Menjadikan alternatif acuan bagi rekan-rekan guru pendidikan agama Islam tingkat Sekolah Dasar dalam pemecahan masalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam memilih model pembelajaran.
I. NAMA MODEL KREASI PEMBELAJARAN
A. Model Picture and Picture
Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran ini sangat urgen karena membantu guru dalam proses kegiatan pembelajaran sesuai dengan tuntutan profesionalismenya, serta dapat menciptakan pembelajaran yang PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) serta kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).
Model-model pembelajaran yang dikemukakan para pakar pendidikan sebenarnya banyak sekali, namun pada kesempatan ini penulis memilih model pembelajaran Picture And Picture (P&P) dengan menggunakan standar PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Penulis memilih model pembelajaran tersebut karena prosedurnya sangat sederhana, dapat membangun kerja sama, siswa menjadi aktif, kreatif, mengasyikkan dan menyenangkan (Nasution, 2003). Dalam pelaksanaan model ini penulis memasukkan kegiatan perlombaan yang diintregrasikan dengan kegiatan pembelajaran. Lomba yang diimaksud adalah lomba cepat dan tepat dalam melakukan suatu kegiatan tertentu dalam waktu yang ditentukan. Lomba ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap bersaing yang positif dan sikap sportifitas yang tinggi.
Adapun prosedur pelaksanaan langkah-langkah model pembelajaran Picture And Picture (P&P) adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman.
Selanjutnya hal yang ingin dicapai dengan standar PAKEM dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pertama Pembelajaran . Menyampaikan materi pelajaran dengan sesuatu yang merekan jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pelaksanaan sholat wajib.
b. Kedua Aktif. Dalam proses pembelajaran semua siswa berperan aktif dalam kerja di kelompok. Mereka sama-sama mencari kartu dan mengelompokanya menurut jenisnya.
c. Ketiga Kreatif. Dalam kegiatan pembelajaran siswa memilki sifat menemukan secara kelompok dan tidak bekerja untuk diri sendiri. Ada yang mencari kartu, dan ada yang menempel ke karton serta membacakan bacaan – bacaan sesuai dengan gerakan pada gambar.
d. Keempat Efektif. Adanya pengaruh yang timbul pada siswa melalui tugas – tugas pengumpulan kartu secara kelompok berdasarkan rukun shalat, serta berkeinginan untuk membacakan bacaan yang sesuai dengan gerakan yang terdapat pada gambar – gambar tersebut.
e. Kelima Menyenangkan. Mereka dengan penuh gembira bersama – sama dalam satu kelompok dengan kelompok lain dalam penempelan kartu serta membaca bacaan – bacaan shalat.
B. Keunggulan Model Pembelajaran Picture and Picture
Berdasarkan hasil pengamatan di SD Swasta Al Washliyah Berastagi, dimana siswa selalu bermain kartu ketika jam istirahat (kartu – kartu permainan) maka dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture terlihat pada hasil evaluasi yang dilakukan terhadap siswa dalam mempelajari Materi Mengenal ketentuan ketentuan shalat cukup memuaskan. Adapun keunggulan model Pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1. Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan oleh guru ketika menyampaikan materi pelajaran.
2. Siswa cepat tanggap atas materi mengenal ketentuan – ketentuan shalat yang diberikan oleh guru.
3. Siswa dapat membaca satu persatu sesuai dengan petunjuk yang ada pada gambar – gambar yang diberikan.
4. Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan bagi mereka atas tugas yang diberikan guru karena berkaitan dengan permainan mereka sehari – hari yakni main gambart – gambar
5. Adanya saling berkompetensi antar kelompok dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.
6. Siswa lebih cepat menghapalkan bacaan – bacaan shalat yang ada pada gambar.
7. Menarik bagi siswa dikarenakan melalui audio visual dalam bentuk gambar – gambar.
Demikian keunggulan model pembelajaran Picture and Picture yang telah dilaksanakan di SD Sw. Al Washliyah Berastagi Kab. Karo Sumatera Utara.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran adalah menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan merupakan bagian terpenting dari pembelajaran, karena hakikatnya pembelajaran dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran Picture And Picture dengan standar PAKEM ini adalah :
- Adapun Tujuan Pembelajaran yang dilaksanakan melalui model pembelajaran Picture and Picture ini dengan Melihat Standar Kompetensi yakni: Menyebutkan rukun shalat, serta mengacu pada Kompetensi Dasar yaitu : mengenal ketentuan – ketentuan shalat,maka penulis membuat Tujuan Pembelajarannya adalah :
1. Siswa dapat menyebutkan rukun shalat
2. Siswa dapat menyebutkan bacaan – bacaan shalat dengan benar
III. SOFWARE KOMPETENSI / PROGRAM YANG DIGUNAKAN
Berdasarkan tuntutann zaman modern ini, dimana bermunculan peralatan – peralatan yang serba canggih, khususnya di bidang pendidikan telah berkembang berbagai informasi melalui media audio visual, seperti jaringan internet, Televisi, Komputer, Film, dan lain sebagainya.
Dunia Pendidikan juga harus mengikuti perkembangan tersebut, karena pada zaman sekarang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar saja melainkan mediator, mengingat telah bermunculannya berbagai informasi yang telah dikemas dalam bentuk softcopy, misalnya VCD, MP3, dan lain sebagainya. Untuk itu penulis dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam berbasis ICT (information and communication Technology) sebagai upaya menambah gairah siswa dalam belajar serta tetap membanggakan gurunya sebagai pendidik sekaligus pengajar.
Adapun software yang digunakan adalah:
1. Microsoft office Fower Point 2007.
Pada program ini dikemas dengan perintah – perintah yang ada serta ditata dengan hyperlink dalam menyampaikan materi Shalat dengan susunan sebagai berikut :
v Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar.
v Indikator
v Gambar – gambar yang berhubungan dengan rukun – rukun shalat.
v Bacaan – bacaan shalat.
v Penilaian
2. Video Pengalaman belajar bagi siswa di SD Al Washliyah Berastagi.
3. Penggunaan micromedia.
Disamping itu sebagai mempertegas kepada siswa, penulis masih mengikut sertakan alat Praga sebagai media pembelajaran.Kata media berasal dari kata medium, yang artinya adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Azhar Arsyad, 2002). Apabila dikaitkan dengan kegiatan pemebelajaran maka dapat diartikan bahwa media adalah alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi yang dimaksudkan untuk pembelajaran (Heinich, et.al, 1996). Media pembelajaran selain digunakan untuk menghantarkan kegiatan pembelajaran secara utuh juga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi. Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan sehingga mendorong terjadinya belajar pada siswa. Azhar Arsyad (2002) menjelaskan bahwa salah satu fungsi media pembelajaran adalah ‘fungsi atensi’ yaitu bertujuan untuk menarik dan mengarahkan perhatian siswa agar berkonsentrasi kepada isi pelajaran.
Lebih lanjut, Azhar Arsyad (2002) mengelompokkan media pembelajaran dalam empat kategori, diantaranya adalah media grafis. Media grafis mempunyai beberapa bentuk yaitu foto, gambar, sketsa, diagram, grafik, papan planel, dan buletin. Dalam kesempatan ini penulis memilih bentuk diagram dengan cara menyiapkan alat peraga yaitu satu lembar karton dan beberapa potongan kartu yang berisi tentang materi pembelajaran tata cara sholat.. Pada karton tersebut disiapkan tiga diagram batang yang berfungsi sebagai tempat untuk menempelkan lembaran kartu yang telah disiapkan oleh penulis. Diagarm pertama untuk menempelkan lembaran kartu yang berisikan gambar gerakan shalat, dan diagarm kedua untuk menempelkan lembaran kartu yang berisikan rukun shalat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada foto yang ada pada lembar lampiran.
IV. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
Standar kompetensi adalah merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan akan dicapai pada setiap kelas atau semester pada suatu mata pelajaran. Sedangkan kompetensi dasar (KD) adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Dalam kesempatan kali ini, penulis memilih Standar Kompetensi (SK) pada aspek Fiqih, yaitu Standar Kompetensi nomor 5 (Mengenal ketentuan – ketentuan shalat), dengan kompetensi dasarnya (KD) nomor 51 (Menyebutkan rukun shalat). Materi ini didasarkan pada Standar Isi Pendidikan Agama Islam sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006.
Adapun alasan memilih standar kompetensi nomor 5 dan kompetensi dasar 5.1 adalah:
a. Memudahkan siswa mengetahui, menyebutkan dan menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat wajib, serta mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Selain itu standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut merupakan bagian yang sangat urgen diketahui siswa, karena materi shalat merupakan kegiatan nyata, yang harus dilakukan oleh siswa dan semua orang muslim tanpa terkecuali didalam kehidupan sehari-harinya. Mengingat tantangan yang begitu besar bagi siswa khususnya yang tinggal di daerah minoritas seperti siswa/siswi SD Al Washliyah Berastagi . Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang dilakukan anak adalah sesuatu yang bermakna karena memang sesuatu yang harus mereka kerjakan mulai sejak usia anak sekolah sehingga setelah dewasa menjadi terbiasa baginya.
V. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
Prosedur pelaksanaan model pembelajaran Picture And Picture dengan standar Pakem berbasis ICT (information and communication Technology) adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan pendahuluan
1. Menjawab salam guru, berdoa dan menbaca ayat-ayat suci Al-Quran (Surat Al Fatihah dan Al Ikhlas)
2. Apersepsi, menjawab pertanyaan guru seputar materi yang telah dan akan dipelajari yaitu tentang shalat.
3. Menerima penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
4. Menerima penjelasan tentang manfaat mempelajari materi yang akan dipelajari.
2. Kegiatan Inti
1. Menerima penjelasan singkat tentang materi yang akan dipelajari, dan memperhatikan sekilas gambar-gambar melalui LCD dan gambar – gambar secara manual yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
2. Membentuk kelompok yang terdiri dari 4 siswa per kelompok dan setiap kelompok memilih satu siswa untuk menjadi ketua kelompok.
3. Menerima bahan kerja kelompok yang terdiri dari : a) 12 kartu yang berisikan gerakan shalat serta bacaannya, serta tali sebagai tempat menyusunnya secara berurutan.
4. Menerima penjelasan tantang kerja kelompok yang harus dilakukan.
5. Bekerja dalam kelompok, yaitu menyusun gambar gerakan sholat dengan urutan yang benar dan menyesuaikan rukun sholat sesuai dengan gambar-gambar tersebut dilaptop yang tersedia secara teknhnologi dan sebagian mengurutkan di seutas tali secara manual (mulai bekerja dan berhenti setelah mendapat aba-aba). Pada saat siswa bekerja guru memutar lagu Islami
6. Pemajangan hasil kerja kelompok.
7. Mempresentasikan hasil kerja dan penyampaian argumen tentang susunan gambar dan kartu yang telah mereka susun serta menampilkan bacaan – bacaannya.
8. Menerima lembar instrumen pemeriksaan hasil kerja kelompok (satu lembar untuk setiap kelompok)
9. Memberikan hasil kerja kelompok kepada kelompok lain untuk diperiksa.
10. Memeriksa hasil kerja kelompok lain dengan dengan berpedoman pada slide
yang ditampilkan oleh guru melalui LCD/infocus.
11. Menerima dan membacakan hasil pemeriksaan kerja kelompok.
12. Menerima pengumuman hasil kerja terbaik dan pemberian hadiah (reward).
13. Menerima handout 1 tentang rukun sholat dan bacaannya
3. Kegiatan Penutup
1. Bersama dengan guru membuat kesimpulan materi tentang sholat.
2. Penilaian : mengerjakan soal-soal yang telah dipersiapkan oleh guru (handout 2).
3. Menerima umpan balik/refleksi terhadap proses pembelajaran.
4. Pemberian hand out bahan ajar.
5. Menerima penyampaian rencana topik pembelajaran pertemuan yang akan datang.
Model pembelajaran ini telah diujicobakan kepada siswa kelas IV SD Al Washliyah Berastagi. Siswa menunjukkan respon positif dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan matching card, hal ini ditunjukkan oleh: (1) siswa merasa senang dengan cara pembelajaran yang dilakukan, (2) mereka merasa belajarnya lebih santai (tidak tegang), (3) mereka dapat bekerjasama dengan teman sekelompoknya, dan (4) mereka lebih memahami soal yang disajikan dalam bentuk kartu dan gambar secara manual dan program di laptop. Respon positif dari siswa menjadi modal yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan pelaksanaan pembelajaran di kelas menjadi lebih terarah untuk membantu siswa memahami materi. Sedangkan respon guru adalah sangat senang dengan alternatif pembelajaran dengan media kartu dan gambar karena dapat membawa anak dalam dunia mereka.
Untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang telah diterapkan, penulis melakukan evaluasi dengan cara penyebaran kuesioner (angket) terhadap siswa. Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan sangat senang dengan model pembelajaran yang diterapkan. Dari 38 orang siswa, 34 orang menyatakan sangat senang dan hanya 2 orang yang menyatakan biasa saja. Permainan kelompok yang diterapkan dalam pembelajaran dapat menguatkan kerjasama diantara para anggota, sehingga dapat mengeratkan solidaritas diantara anggota kelompok. Hal ini dapat dilihat dari jawaban yang disampaikan oleh siswa, dimana 38 orang siswa (100%) menyatakan bahwa pembelajaran dalam sistem kelompok menguatkan kerjasama diantara mereka, terutama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan agar menjadi juara. Bila ada pertanyaan yang sulit mereka selalu melakukan diskusi terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan. Semua siswa yaitu sebanyak 38 orang (100%) menyatakan berkeinginan agar kelompok mereka yang menjadi juara dalam kompetisi yang dilakukan, karena itu mereka berusaha menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu. Meskipun demikian, bila kelompok mereka ternyata kalah, semua siswa (100%) menyatakan akan menerima dan tidak akan melakukan kericuhan. Hal ini disebabkan para siswa sudah menyadari bahwa perlombaan menyusun gambar gerakan sholat dengan urutan yang benar dan menyesuaikan rukun sholat dan sunah-sunah sholat sesuai dengan gambar-gambar yang sebenarnya hanyalah sebuah permainan yang dapat memudahkan mereka mempelajari materi yang disampaikan oleh guru
VII. Kesimpulan dan saran
1. Kesimpulan.
`Model pembelajaran sangat menentukan minat belajar siswa. Guru harus kreatif untuk merancang dan menampilkan model-model pembelajaran yang menarik dan berbeda pada setiap pertemuan. Sehingga siswa akan selalu merasa ingin tahu kejutan apa lagi yang akan ditampilkan oleh sang guru. Sehingga pada akhirnya kehadiran guru sangat dinantikan oleh para siswanya.
2. Saran.
Untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru, maka penulis memberi saran sebagai berikut :
a. Pembinaan dan pengawasan terhadap mutu proses pembelajaran yang dilakukan guru harus tetap dilakukan secara terprogram dan berkesinambungan.
b. Guru harus mendapat penyegaran metode pembelajaran untuk membuka dan menambah wawasannya.
c. Bagi pihak terkait, hendaknya memberikan pelatihan penggunaan komputer bagi guru – guru PAI Tingkat SD sehingga siswa semakin menghormati mereka sesuai dengan zaman kini.
d. Guru yang kreatif dan inovatif, khususnya bagi mereka yang membuat power point dalam mengajar, atau alat peraga dengan inisiatif sendiri, haruslah mendapat penghargaan dari atasan atau instansi induk mereka.
VI. Data-data pendukung
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Instrumen Kuesioner Tanggapan peserta didik
3. Instrumen Pemeriksaan Hasil Kerja Kelompok
4. Hasil belajar peserta didik
5. Alat peraga pembelajaran
6. Foto-foto kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Arsyad, 2002. Media Pembelajaran, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Erhans, Herawati T.S.Kom, 2009, Corel Draw X4, PT.Ercontara Rajawali Jakarta
Heinich, R., Molenda, M. & Russell, J. D. (1996). Instructional media and technologies for learning. New Jersey: Prentice Hall.
Jalaluddin. A & Jalaluddin Muhammad Ibnu, 2000, Al-qur’an Tafsir Jalalain, Indonesia.
Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006.
Sudjana, Nana, 2000, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru.
Tim Bina Karya Guru, 2007, Pendidikan Agama Islam, kls IV, Erlangga.
Widodo, Sutrisno, 2004. Mengenal Kurikulum Bebasis Kompetensi Sekolah Dasar dan Madrasyah Ibtidaiyah, Surabaya, Jurnal Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.
Yudhi Munadi,2008, Media Pembelajaran, Gaung persada Press, Jakarta.